Oleh Pantau Gambut
dari www.pantaugambut.id

Di awal 2019, sejumlah kebakaran kembali terjadi di Provinsi Riau. Sebagian besar karhutla di wilayah ini sulit dipadamkan karena terjadi di lahan gambut. Analisis awal Pantau Gambut menunjukkan tren jumlah titik panas di Riau pada Januari-Maret 2019 ini sudah lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2015, ketika bencana kebakaran melanda Indonesia. 

Secara historis, Riau merupakan lokasi 'tuan rumah' sebagian besar kebakaran yang terjadi di wilayah Indonesia selama 15 tahun terakhir, selain Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah. Pantau Gambut melakukan analisis terhadap data titik panas yang muncul di wilayah Riau sejak 2015 yang tercatat oleh sensor VIIRS, NASA. Pemilihan titik awal pada 2015 adalah karena di tahun tersebut, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) besar-besaran terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Riau, dan menimbulkan bencana asap hingga ke Malaysia dan Singapura. 

Berdasarkan data yang dirangkum selama 1 Januari 2015 hingga 12 Maret 2019, terdapat dua periode peningkatan kemunculan titik panas di Riau, yaitu kuartal awal tahun antara Februari atau Maret dan kedua pada kuartal ketiga antara Juli atau Agustus.

Selama periode 2015 hingga awal 2019, jumlah kemunculan titik panas di wilayah Riau sempat menurun pada 2017. Namun, jumlah titik panas ini kembali melonjak pada Agustus 2018. Musim kemarau yang lebih kering dari tahun sebelumnya adalah penyebab kenaikan jumlah titik panas tersebut.

Jumlah kemunculan titik panas pada awal 2019 ini mengkhawatirkan. Secara total, jumlah titik panas yang terpantau selama Februari 2019 sudah lebih tinggi dari Februari 2015.

Pada Februari 2019 terdapat 94 titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi di Riau yang terpantau sensor VIIRS. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan 74 titik panas pada Februari 2015, menjelang bencana karhutla yang menghanguskan 2,6 juta hektar lahan. Faktor cuaca akan menjadi tantangan berat untuk pencegahan dan penanganan karhutla di Riau ini, terutama karena fenomena El Nino yang terjadi sejak Desember 2018 dan diprediksi berlangsung hingga April nanti. Kondisi yang kering ini akan sangat rentan terhadap kebakaran dan akan sulit dipadamkan jika terjadi di lahan gambut.

Pantau Gambut melakukan tumpang susun titik panas dengan peta gambut di Indonesia. Hasilnya, secara rata-rata 77% dari seluruh titik panas yang terpantau di wilayah Riau selama periode 2015 hingga 12 Maret 2019, terjadi di wilayah gambut. Rincian persentase kejadian titik panas di lahan gambut berdasarkan tahun dapat dilihat dalam grafik berikut.

 

Selain itu, tim Pantau Gambut juga melakukan tumpang susun titik panas dengan Rencana TIndak Tahunan (RTT) restorasi gambut 2018 dan 2019 di Riau. 

Hasil analisis tumpang susun menunjukkan titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi selama 2018 dan 2019 terpantau di wilayah Riau yang seharusnya telah mendapat intervensi program-program pembasahan restorasi gambut.

Dengan adanya data-data awal ini, perlu kajian lebih mendalam terkait mengapa kebakaran masih terjadi di wilayah-wilayah gambut yang seharusnya telah mendapat intervensi restorasi. 

Dukung Kami

Bagikan informasi ini kepada keluarga dan teman-temanmu.