Oleh Budi Kurniawan
dari Pantau Gambut

Banyak program telah dijalankan Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Kalimantan Selatan bagi masyarakat melalui program Desa Peduli Gambut. Namun, usai pelatihan keadaan sepertinya masih belum berubah.

Ibu Ernawati (47) gelisah. Ia sudah tak sabar menunggu almanak menunjuk hari Jumat tanggal 21 September 2018. Karena di hari itu, ia dan warga Desa Paramaian, Kecamatan Daha Utara, Kalimantan Selatan, akan mengikuti pelatihan membuat kerajinan dari tumbuhan ilung, begitu biasa warga lokal menyebut eceng gondok. Tumbuhan ini dekat dengan kehidupan warga yang bermukim di tepian sungai-sungai di Kalimantan Selatan.

Namun, keberadaan eceng gondok dalam skala besar sangat mengganggu, terutama jika terdapat di sungai-sungai yang menjadi urat nadi transportasi warga. Apalagi eceng gondok bertumbuh sangat cepat. Pada musim air sungai pasang, eceng gondok menggunung di sungai-sungai.

Eceng gondok yang merepotkan itu coba diolah agar lebih bermanfaat, yaitu menjadi kerajinan tangan. Mengolah eceng gondok ini tentunya perlu keterampilan. Warga desa, seperti Ibu Ernawati, berharap mendapat keterampilan membuat kerajinan ini ini melalui pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di desa mereka.

Pelatihan dilaksanakan pada 21 September 2018 di Desa Paramaian dan menjadi bagian kegiatan lokakarya perencanaan desa. Penyelenggaranya, Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Pemerintah Desa Paramaian. Para pelatih didatangkan dari kabupaten tetangga, Hulu Sungai Utara, yang telah lama dikenal sebagai sentra kerajinan tangan berbahan eceng gondok dan telah mengekspor produk-produk ke Eropa, Singapura, Malaysia, dan Jepang.

Pelatihan berlangsung satu hari penuh. Ibu-ibu peserta yang mewakili empat Rukun Tetangga (RT) di Desa Paramaian antusias mengikuti pelatihan ini. Selain perkenalan potensi eceng gondok, ada juga demonstrasi proses pembuatan kerajinan.

Solfani, fasilitator Desa Peduli Gambut yang merupakan program BRG, mengatakan bahwa pelatihan semacam ini sudah lama dinanti masyarakat.

“Keinginan adanya pelatihan ini sering didiskusikan dalam tiap obrolan selama di desa. Kepala Desa dan Ketua-ketua RT merespon sangat positif. Karena ada harapan besar dari warga agar eceng gondok bisa diolah jadi kerajinan. Dengan begitu eceng gondok akan bernilai ekonomi dan mampu membantu keuangan rumah tangga,” ujar Solfani.

Menurut Solfani banyak warga yang ingin terlibat dalam pelatihan kerajinan eceng gondok. Namun karena peserta dibatasi 30 orang, akhirnya hanya tujuh orang perwakilan dari setiap RT.

Ketua RT 4 Desa Paramaian mengatakan setelah pelatihan selesai, warga berencana membentuk kelompok kerajinan. ‘Kayuh Baimbai’ menjadi nama yang digadang-gadang untuk kelompok kerajinan itu. Berbekal pengetahuan yang didapatkan dari pelatihan, warga berharap dapat menghasilkan tas, sandal, tempat tisu, dan dompet berbahan eceng gondok.

Dermawati Sihite, perwakilan BRG yang menghadiri pelatihan di Desa Paramaian, menyambut baik keinginan warga itu.

“Maksud dan tujuan pelatihan ini agar ibu-ibu bisa membantu ekonomi rumah tangga melalui kerajinan yang dihasilkan. Selain itu, karena bahan kerajinan ini berlimpah, tidak akan ada kesulitan,” ujarnya.

Di waktu yang hampir bersamaan, beberapa Desa Peduli Gambut di Kalimantan Selatan juga menggelar berbagai pelatihan. Misalnya di Desa Kaludan Kecil, Pinang Habang, Mawar Sari, Pinang Kara, dan Hapalah. Khusus di Hapalah BRG menggelar pelatihan pembuatan iwak rabuk atau serundeng berbahan ikan sepat yang umumnya mudah didapatkan di lahan rawa gambut sekitar desa.

“Warga antusias mengikuti pelatihan. Apalagi ini menjadi cara lain bagi mereka mencari nafkah setelah lahan mereka sebagian berada dalam status quo karena dicaplok sebuah perusahaan perkebunan sawit,” kata Rudy Fahrianoor, fasilitator Desa Peduli Gambut Hapalah.

Pelatihan dan pemberdayaan warga merupakan tahap awal. Bagian yang lebih berat adalah bagaimana pelatihan-pelatihan seperti pembuatan kerajinan dari eceng gondok benar-benar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Seperti yang diungkap Ibu Ernawati usai mengikuti pelatihan. Ia berharap bekal informasi dan keterampilan membuat kerajinan tidak hanya berakhir sebagai pengetahuan belaka.

“Semoga ada tindak lanjutnya, sehingga kami bisa membantu ekonomi rumah tangga berbekal pelatihan yang kami terima,” katanya.

Dukung Kami

Bagikan informasi ini kepada keluarga dan teman-temanmu.