Jembatan Bahtera Sriwijaya dan Ancaman Pada Gambut Sumsel
Oleh Hairul SobriAcara ini diselenggarakan di Komunitas Ciliwung Depok, Depok, Jawa Barat dengan mengangkat tema dampak perusakan alam dan semakin habisnya tutupan pohon pada keharmonisan dua dunia.
Dalam kebudayaan timur, pohon kerap diasosiasikan sebagai ruang supranatural, baik dalam konteks untuk dihormati ataupun ditakuti. “Pertanyaannya, apa yang akan terjadi pada makhluk spiritual jika hutan terus dibabat?” ucap Abil Salsabila, Juru Kampanye Pantau Gambut. Padahal, Pantau Gambut menemukan adanya kehilangan 536,9 ribu hektare tutupan pohon (tree cover loss) pada area Fungsi Ekosistem Gambut (FEG) Lindung selama periode 2015 hingga 2019. “Tren ekspansi area produksi korporasi dengan izin HGU dan IUPHHK terus mengalami peningkatan karena pemerintah memberikan izin untuk menggunakan lahan yang berstatus FEG lindung” tambahnya.
Dalam acara ini, Pantau Gambut mengundang Tommy Utomo (Ciga TV Kasepuhan Gelar Alam), Damar Shashangka (penulis novel Sabda Palon), dan Yuyun Indradi sebagai perwakilan kelompok yang bisa menghubungkan komunikasi antara dunia manusia dengan dunia spiritual. Diskusi tersebut membahas bahwa krisis ekologi yang terjadi tidak hanya berdampak pada materi yang kasat mata saja, namun juga kelompok makhluk supranatural yang sering diasosiasikan sebagai sosok yang jahat dan buruk. Damar Shashangka mengatakan, “Alam dan manusia sangat erat hubungannya. Alam semesta ini sebenarnya adalah satu kesatuan dengan manusia.” Tommy Utomo pun menambahkan, “Kita hanya melihat alam sebagai faktor komoditas. Padahal, alam komponennya sama seperti manusia, jadi harus dijaga.”
Koordinator Nasional Pantau Gambut, Iola Abas menjelaskan, “Acara ini tidak mengarah ke sesuatu yang musyrik. Kami bertujuan untuk memberikan sudut pandang alternatif bahwa hubungan antara sains, kerusakan alam, dan budaya spriritual lokal adalah hal yang nyata adanya dan harus dihormati.” Selain diskusi, Pantau Gambut bersama Komunitas Ciliwung Depok mengajak pengunjung bersama-sama memainkan angklung. Acara pun ditutup oleh penampilan kelompok musik KarOKean.
Lewat kegiatan ini, Iola mengungkapkan keinginannya untuk meningkatkan kesadaran publik tentang permasalahan pengalih fungsian lahan gambut yang terus dilakukan oleh perusahaan ekstraktif. “Gambut belum menjadi isu penting dalam upaya pelestarian lingkungan, bahkan belum banyak yang mengetahui mengenai ekosistem gambut, dimana Indonesia sebenarnya adalah pemilik dari luasan gambut tropis terbesar di dunia. Padahal, gambut mempunyai peranan sangat penting dalam upaya pelestarian global,” jelas Iola.
Jika Anda membutuhkan panduan maupun konsultasi terkait dengan publikasi ini, Anda dapat menghubungi:
Abil Salsabila – [email protected]
Yoga Aprillianno – [email protected]