Oleh Ahmad Rizki Prabu
dari Mahasiswa
Sejak saya kecil pada musim kemarau saya sering bertanya kepada orang tua saya mengapa banyak abu di dalam rumah padahal tidak ada yang membakar sampah di depan rumah. Ternyata abu kebakaran itu terbawa angin dari lahan gambut yang terbakar di sekitar Palembang dan sampai kerumah. Pernah juga waktu sd kami diliburkan sekolah karena terjadi kabut asap yang lama, dan sampai saat ini kebakaran lahan terus terjadi di wilayah Sumatera Selatan.
Pemadaman api di lahan gambut yang terbakar ©Ahmad Rizki Prabu
Pemadaman api di lahan gambut yang terbakar ©Ahmad Rizki Prabu

Kebakaran hutan dan lahan sudah sejak lama terjadi di wilayah sumatera selatan yang di dominasi oleh lahan gambut. Kebakaran lahan parah sampai menimbulkan bencana nasional sudah beberapakali terjadi pada tahun 1998,2014 dan terakhir di 2019. Akibat dari kebakaran lahan tersebut menyebabkan bencana kabut asap sampai ke Malaysia dan Singapura serta menyebakan kematian pada masyarakat yang terkena penyakit infeksi paru-paru. 

Tentu menjadi pertanyaan mengapa kebakaran lahan terus terjadi di Sumsel, padahal upaya pencegahan dan pemadaman sudah dilakukan untuk mencegah kebakaran lahan meluas namun tetap setip tahun ditemukan titik api di wilayah yang banyak mempunyai lahan gambut seperti di daerah Ogan Ilir (OI) atau di Ogan Komering Ilir (OKI).

Kebakaran lahan ini disebabkan oleh banyak lahan gambut yang dialih fungsikan dan pembuatan parit pada lahan gambut membuat menjauhnya bahkan hilangnya kandungan air pada lahan gambut. 

Saya tertarik mengangkat cerita ini karena ingin melihat dari sisi lain penyebab kebakaran lahan, karena selama ini kebakaran lahan dianggap karena bencana yang dihasilkan oleh alam sendiri tanpa ada campurtangan manusia di dalamnya. Atau penyebab sepele karena puntung rokok atau orang bakar sampah semata. 

Dalam proses peliputan saya pertama-tama mendokumentasikan kebakaran lahan yang terjadi di Sumatera Selatan, saya fokuskan terlebih dahulu di kebabakaran lahan karena kebakaran bersifat momen yang harus segera di dokumentasikan. Pada 2021 kebakaran di mulai sejak bulan Agustus awal sampai awal Oktober, untuk dapat info kebakaran lahan saya selalu menghubungi tim pemadam Manggala agni, dari merekalah info kebakaran lahan bisa saya ketahui karena mereka yang selalu ada di lapangan. Di lahan kebakaran saya juga selalu mengiringi tim pemadam agar tau tempat-tempat yang aman, karena kebakaran lahan selalu besar. Dalam peliputan kebakaran lahan juga yang menjadi tantangan adalah saat peliputan pada malam hari karena di lahan tidak ada penerangan dan gambut yang dalam dan terkadang kita juga harus menyeberangi kanal-kanal yang ada di sekitar lahan gambut.

Sesudah meliput kebakaran lahan memasuki bulan oktober saya mulai mendokumentasikan tempat-tempat yang dialih fungsikan dan mulai melakukan wawancara kepada warga seputar pengalaman mereka tinggal di sekitar lahan gambut, warga yang tinggal di lahan gambut sudah sampai puluhan tahun dan pekerja mereka banyak yang bertani seperti petani cabai dan tomat. Jika musim kemarau datang para warga ini kesulitan untuk mengurus lahan pertanian mereka karena kesulitan mencari air untuk menyiram tanaman di tambah lagi jika lahan gambut di sekitar mereka terbakar, mereka harus tetep berjaga agar lahan atau tanaman mereka tidak ikut ter akar. Karakteristik rumah di sekitar lahan gambut juga terlihat dari bentuk bangunan rumah yang tinggi atau rumah panggung karena pada musim penghujan sekitar rumah mereka pasti terpendam air.

 

Ahmad Rizki Prabu, 2021
Mahasiswa S2 jurusan komunikasi dan fotografer lepas dari Palembang,

Dukung Kami

Bagikan informasi ini kepada keluarga dan teman-temanmu.