Membabat Hutan Tanpa Henti
Oleh Laporan "Membabat Hutan Tanpa Henti"Berbagai upaya dilakukan oleh para pemerhati lingkungan untuk dapat memberikan wawasan kepada publik terkait pentingnya menjaga lahan gambut. Salah satunya adalah dengan menggelar acara Influencer Gathering sekaligus One Day Design Challenge bagi para social media influencer maupun kreator seni untuk sama-sama menyosialisasikan misi pemulihan ekosistem gambut melalui karya kreatif mereka.
Jakarta, 19 Desember 2017 – Untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya perlindungan dan pemulihan gambut, Pantau Gambut menggelar acara Influencer Gathering sekaligus One Day Design Challenge bagi para social media influencer maupun kreator seni untuk sama-sama menyosialisasikan misi pemulihan ekosistem gambut melalui sebuah karya kreatif. Acara ini diselenggarakan bersama oleh koalisi 19 Lembaga Swadaya Masyarakat di Jakarta dan dari delapan provinsi (Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Papua, dan Papua Barat), serta dihadiri oleh masyarakat umum penggiat media sosial yang berprofesi sebagai influencer maupun kreator.
Acara ini dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan Influencer Gathering bertema Make Peatland as Cool as You yang diikuti oleh 40 peserta yang berprofesi sebagai influencer dan kegiatan One Day Design Challenge dengan tema Make People Care about Peatland yang diikuti oleh delapan peserta yang berprofesi sebagai kreator. Kedua acara ini menjadi media yang tepat bagi Pantau Gambut untuk membawa misi restorasi gambut ke arah yang lebih luas dan populer.
Selain mengajak para influencer dan kreator untuk mengenal apa itu gambut dan mengampanyekan ayo.pantaugambut.id, Pantau Gambut juga menghadirkan aktivis kuliner Amelia Yena Febryanty dari Papoea Kemang yang menggagas ide untuk membuka bisnis kuliner bertema makanan khas Papua. Dalam acara ini, Amelia memberikan wawasan kepada publik mengenai pentingnya menjaga lahan gambut untuk keberlangsungan hidup masyarakat Papua yang sumber pangan utamanya ada pada lahan gambut, yakni sagu.
Dalam sesi penutup, Simpul Jaringan Pantau Gambut dari berbagai provinsi memberikan wawasan mengenai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat gambut di wilayah mereka. Pada dasarnya, masyarakat perlu dilibatkan lebih erat dalam berbagai pengambilan keputusan terkait pengelolaan gambut. Upaya kerja sama dari pemerintah dan pihak swasta sangat diperlukan untuk memastikan restorasi gambut yang mengedepankan kearifan lokal. Para Simpul Jaringan juga berharap agar isu perlindungan gambut dapat terus bergaung, didukung dan dipantau bersama oleh publik, tidak hanya ketika kebakaran hutan melanda.
Pantau Gambut merupakan sebuah inisiatif untuk memberdayakan masyarakat luas untuk memantau dan melindungi pelaksanaan komitmen restorasi lahan gambut oleh berbagai pemangku kepentingan di Indonesia. Pantau Gambut memberikan analisis perkembangan upaya perlindungan dan pemulihan lahan gambut di Indonesia, yang didasarkan pada data pemantauan independen oleh 19 LSM dan jaringan masyarakat di delapan provinsi Indonesia.
Pantau Gambut juga menjadi wadah bagi masyarakat lokal untuk berbagi cerita tentang pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan untuk peningkatan kesejahteraan dan pengurangan emisi karbon dari lahan gambut yang terdegradasi. Analisis Pantau Gambut diharapkan dapat mendukung pembuatan kebijakan di tingkat nasional dan lokal untuk mengakomodasi pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat secara efektif.
Narahubung:
Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan, Teguh Surya
Koordinator Simpul Jaringan Papua, Yohanes Akwan
Koordinator Simpul Jaringan Kalimantan Selatan, Kisworo Dwi Cahyono
Koordinator Simpul Jaringan Kalimantan Tengah, Dimas Hartono
Koordinator SImpul Jaringan Kalimantan Barat, Antonius Priyani Widjaja
Koordinator Simpul Jaringan Jambi, Feri Irawan
Koordinator Simpul Jaringan Sumatera Selatan, Hadi Jatmiko
Koordinator Simpul Jaringan Riau, Romesh Irawan Putera